Pagi itu, suhu udara di kaki Gunung Gede Pangrango lereng selatan tercatat dalam alat pengukur suhu mencapai 18 derajat celcius. Lumayan dingin, bagi yang memang tak terbiasa merasakan suhu udara tersebut. Apalagi tadi malam, bulan purnama.
Kicauan beberapa jenis burung pun saling bersahutan di salah satu hutan hujan tropis pegunungan dataran tinggi tersisa di Indonesia ini. Nampaknya burung-burung itu sedang menyambut pagi. Meski sinar mentari belum menampakkan wujudnya.
Bangun pagi pun semakin malas, terlebih balutan sleeping bag (kantong tidur) yang menghangatkan selama tidur. Belum lagi balak lava terbuat polar menutup kepala, sarung tangan polar dan kaos kaki pun membungkus anggota tubuh yang kedinginan agar tetap hangat.
Di dalam rumah panggung kayu yang menjadi base camp para sukarelawan tergabung Volunteer Panthera sepertinya mulai disibukkan kegiatan pagi. Salah satu anggotanya sudah ada yang di dapur, memasak air untuk seduhan kopi.
''Ayo kita ngopi dulu, sambil kita menunggu para pengunjung yang akan mendaki Gunung Gede berangkat,'' tawar Eng Yanto kepada KompasTravel yang ikut menginap di Base Camp Volunteer Panthera di rumah panggung Pondok Polygala.
Eng Yanto ini seorang pendiri Volunteer Panthera yang juga salah seorang perintis organisasi kesukarelawanan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).
Malam itu, di Pondok Polygala (sebutan untuk rumah panggung oleh para relawan), selain tiga relawan dan satu petugas, Mulyono yang kerap disapa Pak Iyong, ada empat orang pengunjung wisata minat khusus pendakian asal Jakarta menginap.
Mereka tiba di pintu masuk pendakian ke Gunung Gede di Resort Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (14/10/2016) malam. Meskipun sudah mengantongi surat izin memasuki kawasan konservasi (Simaksi), mereka tetap tidak direkomendasikan mendaki malam hari.
Karena pendakian gunung melalui jalur Selabintana ini memang sudah tidak direkomendasikan berjalan malam hari. Hal tersebut diberlakukan demi keselamatan dan kenyamanan para pengunjungnya. Kondisi sepanjang rute Selabintana menuju Alun-alun Suryakancana dan puncak gunung Gede ini masih alami.
''Dari sini hingga Alun-alun Suryakancana sebelah barat jaraknya 11 kilometer melalui jalan setapak. Waktu tempuhnya ada yang bisa tujuh jam, bahkan ada yang lebih 12 jam, semuanya tergantung fisik para pengunjungnya,'' jelas dia.
Rute Selabintana ini, di antara tiga pintu masuk resmi pendakian ke Gunung Gede dan Pangrango dikenal rute yang masih alami dan jalur terpanjang. Puncak Gunung Gede 2.958 mdpl dan puncak Gunung Pangrango 3.019 mdpl dapat ditempuh dari Cibodas dan Gunung Putri di Kabupaten Cianjur serta Selabintana di Kabupaten Sukabumi.
Sabtu (15/10/2016) sekitar pukul 06.30 WIB, belasan pengunjung wisata minat khusus pendakian asal Bogor dan Sukabumi tiba di Kantor Resort Selabintana di komplek wisata alam Pondok Halimun (PH), Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi. Mereka berjumlah 17 orang, di antaranya lima perempuan.
Belasan wisatawan minat khusus pendakian gunung dalam satu kelompok ini telah mengantongi tiga Simaksi. Salah seorang dari mereka menyerahkan surat izin pendakian tersebut ke petugas TNGGP. Petugas bersama sukarelawan pun langsung mengecek dan mencocokkan nama dan jumlah wisatawan sesuai Simaksi.
Sebelum diizinkan berangkat melakukan perjalanan pendakian gunung, mereka mendapatkan penyampaian informasi keselamatan (safety talk). Di antaranya informasi kondisi sepanjang rute, jarak tempuh, lokasi persediaan air, lokasi camp sementara, persediaan air bersih hingga peraturan selama di dalam kawasan konservasi dan diingatkan untuk kembali membawa sampah.
"Safety talk ini pengingat dan perlu disampaikan kepada para pengunjung untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Harapannya agar mereka dalam perjalanannya nyaman, aman dan kembali selamat. Begitu juga kawasan konservasi ini tetap lestari, tidak diganggu dan tidak rusak,'' ujar instruktur manajemen pengembangan sumber daya manusia di sejumlah lembaga itu.
Selvy Monoarfa salah seorang wisatawan minat khusus pendakian mengapresiasi program safety talk yang disampaikan anggota Volunteer Panthera di pintu masuk Selabintana. Hal tersebut memang perlu disampaikan untuk mengingatkan para pengunjung dan sebagai pelayanan.
''Saya sudah lama juga tidak mendaki Gunung Gede melalui jalur Selabintana ini. Dengan disampaikannya safety talk berarti ada informasi terbaru yang kami terima untuk melakukan pendakian sekarang ini,'' kata warga Bogor itu.
Pada pendakian kali ini, lanjut dia, diikuti semuanya 17 orang, sebanyak 14 dari Bogor dan 3 dari Sukabumi. Mayoritas yang mengikuti kegiatan pendakian fun trip ini masih usia pelajar setingkat SMA, dan empat di antaranya perempuan.
''Ada beberapa yang baru ikut, artinya baru belajar menjadi pendaki. Dan ada juga yang sudah pernah beberapa kali mendaki Gunung Gede ini,'' ujar alumni IISIP Jakarta 1990 itu.
''Persiapan cukup lama juga, terutama fisik. Saya tekankan kepada mereka karena menghadapi cuaca yang beberapa bulan terakhir ini cukup ekstrem. Begitu juga perbekalan dan perlengkapan, mulai rain coat, tenda dome dan lainya,'' imbuh dia.
Setelah mendapatkan informasi safety talk, belasan wisatawan minat khusus pendakian gunung yang mayoritas para pelajar setingkat SMA ini langsung di antar hingga titik awal rute Selabintana.
Jaraknya dari Pondok Polygala hanya sekitar 30 meter. Selanjutnya mereka harus melintasi tanjakan dengan rimbunan tanaman di awal pendakiannya.
(http://travel.kompas.com)
JAKARTA, KOMPAS.com - Balai Besar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Lombok, Nusa Tenggara Barat berencana menutup pendakian Gunung Rinjani pada awal tahun 2017. Langkah tersebut akan dilakukan sebagai tindakan rutin yang diadakan setiap tahun.
"Biasanya tiga bulan akan ditutup. Januari, Februari, dan Maret. Itu sudah kebiasaan dari 20 tahun yang lalu," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Rinjani, Agus Budi Santosa saat dihubungi KompasTravel, Selasa (13/12/2016).
Dia melanjutkan penutupan tersebut biasanya diambil berdasarkan rekomendasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Agus mengatakan hingga saat ini pihak TNGR masih menunggu surat rekomendasi dari BMKG terkait laporan prediksi cuaca pada tahun 2017.
"Biasanya bulan-bulan tersebut cuaca buruk, hujan dan angin badai. Di jalur pendakian ada jalur yang lebarnya tak sampai satu meter, jadi pendaki bisa jatuh ke jurang," tambah Agus.
Namun, ia menuturkan pendakian Gunung Rinjani per tanggal 13 Desember 2016 masih tetap dibuka. Ia belum menutup jalur pendakian Gunung Rinjani baik dari Desa Sembalun atau Senaru.
"Kami belum bisa tutup kalau belum ada surat rekomendasi BMKG. Kami tidak bisa ambil langkah itu kalau belum ada dasar rekomendasi BMKG," ujar Agus.
Selain itu, alasan penutupan pendakian Gunung Rinjani juga didasari oleh pertimbangan ekologi. Agus menjelaskan penutupan tersebut bermanfaat untuk memberikan kesempatan kepada ekosistem Gunung Rinjani agar dapat pulih.
Sebelumnya, Gunung Rinjani juga ditutup pada Selasa 15 September 2016. Penutupan tersebut dilakukan lantaran peningkatan status Gunung Rinjani dari Level 1 (Normal) menjadi Level 2 (Waspada) akibat erupsi Gunung Barujari yang termasuk ke dalam kawasan TNGR.
Gunung Rinjani adalah salah satu gunung yang berstatus aktif di Indonesia. Gunung Rinjani berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan puncak di ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut.